WAJAR….
Dinamika kepopuleran yang dulunya hanya pada ranah televisi, sekarang mulai bergeser pada platform platfrom sosial media. Artis yang dulunya jaya pun mulai was was dan harus berpikir kreatif, bagaimana mereka semua harus survive dan terus berada pada fase keterkenalannya, bagaimana memanfaatkan ketenarannya dan bagaimana mereka semua fokus pada kebermanfaatan dan berekonomi. Industri kreatif adalah ruang yang sexi dalam pencarian benefit dan profit. Terbukti para artis banyak diendorse produk produk dan usaha usaha jasa untuk mengerek sebuah merk yang juga terbukti sangat berefek dan berimpact positif.
SALAH ?
Tidak ada yang salah, itu namanya membaca peluang, akhirnya hal tersebut mengoyak ide pastinya dikalangan teman teman para artis juga, kenapa tidak membuat produk dan jasa sendiri, dan lagi lagi terbukti semua outlate usaha para artis ramai dan terkesan fenomenal karena antrian dan suara persepsi di masyarakat terlihat santer dan menggelora.
Malang pun tak luput dari imbas fenomena dan dinamika tersebut, tidak kurang 5 produk artis artis nasional ini masuk ke malang dan semuanya dengan outlate yang okay dan transaksi juga lumayan untuk sebuah usaha yang masih baru.
SALAH ?
Tidak, tidak ada yang salah karena lagi lagi itu salah satu metode dan strategi branding ambasador. Tak sedikit akhirnya suasana di malang dan kota kota lainnya yang ada dan lahir bisnisnya para artis ini sedikit gaduh di telinga saya dan komunikasi di beberapa rekan dan klien saya. Kenapa anda semua mencibir usaha para artis dan nyinyir bahwa ini adalah kesalahan ? Karena mereka seolah olah besar pada kacamata persepsi dan branding mereka digarap dengan serius dan nampak besar.
SALAH ?
Bukan salah seharusnya memang, kurang tepat lebih benar, karena siapa pun berhak mempunyai usaha di manapun di Indonesia selama mereka berwarga negara Indonesia. ketika produk artis ini masuk dan menulis sebuah kata kata KHAS OLEH OLEH sebuah daerah inilah yang kurang tepat. ini merusak sebuah DNA dan karakter sebuah daerah yang mempunyai roh dankeunikannya masing masing dan identifikasi yang benar benar masuk akal dan masuk secara data.
Apa yang harus di lakukan kalau begitu, sebaiknya memang produk malang itu sendiri wajib membuat karakter dan komunikasi yang layak jual dan layak eksis. Sebelum adanya artis artis ini masuk di daerah daerah. Anggaplah kesuksesan mereka menjadi sebuah trigger / pemicu bahwa harusnya produk lokal dan orang lokal mampu melakukannya. Sayangnya memang para artis lebih dulu melakukannya, apa terlambat ? Tidak, tidak ada kata terlambat mari kita mulai dari sekarang.
Saya mencoba memberi tawaran berpikir lain, dengan metode balik jungkir saya, apakah memasang foto dilarang? Tidak, saya mencoba memasang foto foto siapapun dalam tawaran packaging ini, sama sama foto tapi yang membedakan adalah kami semua bukan artis, dan follower kami pun puluhan dan ratusan, boro boro di komen, di like aja sukur ehhehe
Apakah produk ini real ada, belum, ini hanya sebuah tawaran social movement buat siapapun yang mendukung sebuah perubahan pola pikir, tentang menghujat atau mencari solusi. Adakah terlintas di benak kita tentang khas oleh oleh malang ?
Ayam goreng nasional ?
Minyak goreng ?
Kecap ?
BRAND mana yang muncul di luar kepala kita ?
Jangan jangan memang benar yang muncul adalah produk artis, KFC, Bimoli, dan ABC atau Bango saya bukan paranormal tapi itu kan yang terjadi.
BRAND mana yang muncul ketika saya bilang GORENGAN ?
Pasti anda akan bilang, gorengan kalpataru, kebalen, jalan kembar mawar ( saya sudah survey di Facebook saya dadikwahyuchangutero, 2 Minggu yang lalu )
Ini momentum untuk kita buat sesuatu yang kita sama sama tancapkan di benak masyarakat tentang menguasai Indra kita dan pemikiran kita. Produk gorengan ada tempe, tahu, tempe kacang dan menjez gombal yg memang produk tersebut tidak diragukan malang punya khas nya.
Ada Facebook semoga hal ini lahir facepack, sebuah media yang menawarkan kenarsisan nya dan mengangkat sebuah daerah dengan orang orang biasa saja. Wajah yang tidak harus ada di online tapi wajah yang juga ada di bungkus gorengan gorengan pinggir jalan. Ini saatnya untuk support pula tentang packaging food grade yang hampir semua gorengan selalu pakai kresek ketika kita semua membelinya.
Donasi / investor / pengusaha yang melihat peluang ini bisa menjadi pegas untuk mendukung bungkus sehat dan menjauhkan kesenjangan orang kaya dan orang miskin yang kemarin saya baca di kolom koran radar. Ada sebuah sinergitas pastinya. Umpama bungkus tersebut dibagikan gratis atau pun berbayar juga masuk akal. Metode detil akan saya infokan di Instagram nya #bukangorenganartis karena memang ini spontanitas yang cukup menarik sebagai gagasan. Siapapun boleh memasang fotonya dan siap narsis ala artis. Karena kita butuh ngisi feed sosmed bukan ?
Apakah akan menjadi nyata produk gorengan aslinya? Saya tidak tau, ayo kita berbenah industri kreatif butuh para ahli yang siap memberikan pengalamannya, orang orang sukses malang harus turun gunung untuk membuat khas oleh oleh malang menjadi identitas yang tepat dan layak sebagai tanda pernah ke malang.
Mampukah kami bertahan,
Mampukah kami eksis,
Mampukah kami bersaing,
Yang bisa menjawab adalah masyarakat kita sendiri, kita support yang mana dan kita butuh yang mana dan kita tau produk khas oleh oleh kota malang ini yg mana.
Saya juga yakin bahwa ini pun menjadi gagasan para calon legislatif untuk bisa diadopsi serta cukup okay dan nyata dalam mendukung aksi visual dan gerakan kreativitas. Tapi saya tidak berharap ini di politisasi, ini sebuah opini tentang malang, dan belilah produk khas oleh oleh malang yang tepat dan benar.
Siapa yang mau ikut beramai ramai ikut serta jualan gorengan ini, dan mau eksis dalam kemasan packaging ini, follow Instagram nya @bukangorenganartis
#bukanartis #manusiabiasa #bukangorenganartis #kemasanfoodgrade #brandingbukanakting #balikjungkir
Dadik Wahyu Chang utero
@dadikwahyuchangutero
BRAND DEVOTEE